Lingkaran Restorasi

Kamis,8 April 2021
Lingkaran Restorasi
Penulis : Andika
Penderitaan umat manusia sepanjang sejarah, bisa terurai oleh penemuan dan perkembangan tekhnik. Salah satu masalah purba yang dialami manusia adalah bencana kelaparan.
Dalam sub kluster kelaparan muncul dalam ragam spesifik, seperti stunting, gizi buruk dan keterbelakangan mental. Masalah-masalah purba demikian itu, hingga kini masih ditemukan di tengah era kemelimpahan.
Memang ironis, di satu sisi, laporan-laporan lembaga kesehatan internasional menyebutkan, bahwa kematian tertinggi justru datang dari kemelimpahan. Mulai dari obesitas, jantung koroner, hingga stroke. Semua itu berpangkal dari kelebihan makanan.
Tetapi di Sulawsi Tengah, justru masih ditemukan kasus purba seperti gizi buruk, stunting dan angka putus sekolah. Hal-hal itu muncul, persis saat kita sedang berada di tengah bonanza kemajuan tekhnik yang sedemikian rupa?
Pertumbuhan Tidak Merata
Ekonomi moderen yang dicirikan oleh perayaan kebebasan individu telah melahirkan pembangunan yang tidak merata. Persaingan yang didasarkan antara yang besar menelan yang kecil. Hal itu telah membawa sebagian komunitas umat manusia gagal mencapai apa yang dimaksud dengan kesetaraan pengetahuan.
Orang di satu sisi, bisa memesan “jank food” atau kemasan minuman “cendol” moderen yang terbuat dari aneka susu dan permentasi minyak sawit. Tetapi di sisi lain, banyak komunitas yang tidak bisa membedakan makanan yang bernilai gizi. Pun juga karena tidak memiliki akses yang cukup untuk mendapatkan asupan gizi.
Selain karena keterbatasan ekonomi, akses dan pengetahuan yang tidak setara. Mereka dibiarkan merdeka dalam ketidaktahuan pun juga bebas dalam keterbatasan. Kondisi itu menimbulkan apa yang disebut dengan masalah pembangunan manusia.
Lingkaran Restorasi
Partai NasDem Sulawesi Tengah, telah memiliki perhatian khusus dalam soal ini. Sejak tiga tahun yang lalu, beragam program “restorasi gizi”di galakkan dengan menggunakan pendekatan karitatif berbasis momentum.
Mulai dari pembagian biskuit tambah gizi, kesehatan gratis, sembako, sapi Qurban, hingga ajakan menanam untuk kemajuan. Tetapi memang tampaknya “gerakan Restorasi” dalam segi pembangunan manusia masih memerlukan sebuah partisipasi.
“Lingkaran Restorasi” menjadi ide yang digagas baru-baru ini dalam diskusi “RAKORWIL”. Dengan prinsip, bermimpi bersama, berfikir bersama, bekerja bersama, NasDem ingin menjemput partisipasi publik lewat sebuah aksi-aksi yang berorientasi kohesiv.
Pertama, agar dapat menuntaskan problem purba masalah gizi. Perlu dibangun lingkaran restorasi sebagai media diskusi, aksi dan bertindak bersama. Kita perlu membangun semangat bersama menumbuhkan tindakan-tindakan bersama di sekitar kita.
Kedua, agar dapat mencapai misi ini. Diperlukan agensi inisiatif yang dapat memberi stimulasi publik. Memberi pencerahan tentang aksi-aksi nyata melawan kelangkaan, membuka akses, menumbuhkan inisiatif, berperan bersama.
Lingkaran Restorasi adalah mata rantai Inisiatif lintas komunitas yang mewadahi partisipasi lewat aksi-aksi secara bersama. By leverage, sebuah insiatif untuk tumbuh setara yang tumbuh dari bawah diantara jalinan percakapan semesta.
Sebab, masalah purba umat manusia hanya bisa diselesaikan oleh yang mengalaminya sendiri. Dari inisiatif dan penemuan bersama kemajuan-kemajuan dan kemelimpahan baru yang diperlukan.***